Akhlak adalah sikap dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupannya di muka bumi ini. Sikap dan prilaku manusia sangat dipengaruhi lingkungannya. Setiap kelompok masyarakat dalam memandang benar dan salah, baik dan buruk, itu berbeda.
Nilai-nilai akhlak adalah bagian dari wujud abstrak kebudayaan yang menjadi pedoman bagi perilaku manusia. Keterkaitan antara nilai dan sikap hidup inilah yang kita sebut sebagai akhlak atau moral. Salah satu akhlak yang dianggap menonjol dari manuisa adalah kebergantungannya pada masyarakat.
Bahwa kepribadian setiap manusia hampir sama sekali bersifat sosial. Mereka akan mengikuti apa-apa yang ada di sekitarannya. Manusia itu sifanya meniru terhadap apa yang dilihatnya.
Jika manusia dibesarkan dalam budaya barat maka dia akan memandang kebenaran dan kesalahan, nilai baik dan nilai buruk tentu dari budaya barat. Jika dibesarkan di budaya timur, maka dia akan memandang nilai-nilai kebenaran dari budaya timur.
Manusia itu tunduk pada masyarakat, sebaliknya masyarakat itu tunduk kepada kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dan halus, yaitu kekuatan Tuhan. Jika lingkungan masyarakatnya sudah tidak lagi memandang kekuatan-kekuatan Tuhan sebagai sesuatu yang untuk ditakuti, maka jangan heran jika banyak terjadi penyimpangan akhlak manusia yang memandang kesalahan menjadi kebenaran.
Identifikasi akhlak perlu diperinci, terutama untuk membicarakan tentang mawas diri. Von Brentano sebagai filsuf dari pakar psikologi mencoba mencari kriteria yang membatasi masalah fisik dan gejala psikis pada intensionalitas.
Suatu gejala disebutnya gejala mental apabila fenomena yang melingkupi mengandung suatu objek secara intensional dalam kesadaran. Disebutkan tiga gejala manusia dalam berprilaku, yaitu
- sikap gagasan mengarah pada objek dalam kesadaran;
- sikap rasional terhadap objek kesadaran, suka atau tidak suka;
- sikap emosional terhadap objek, keinginan cinta dan benci.
Sampai di sini, ruang lingkup pembicaran tentang akhlak itu berkaitan dengan ego, rasio, dan emosi yang akan menjadikan manusia menjadi mawas diri. Barang siapa yang bisa menjalankan ketiga hal tersebut dengan baik maka dia akan dianggap mempunyai ahlak yang baik di setiap kelompok masyarakat.
Kita memang hidup dalam aturan masyarakat yang amat rumit, seperti yang terdapat dalam beberapa kelompok masyarakat. Yang banyak memandang tabu dalam bersikap. Namun bagaimana pun, di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung, di mana kita tinggal di sanalah adat istiadat yang harus kita taati.
Jadi, sikap dan mental kita akan selalu berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal kita. Namun, ketika kita memandang sebuah kebenaran yang hakiki maka kita harus mengembalikan ke dalam kebenaran agama.
Jangan kita melihat kebenaran sosial kerena kebenaran sosial itu sifat dinamis selalu mengalami pergeseran apresiasi dalam memandang kebenaran. Tapi kebanaran agama itu sifatnya hakiki atau kekal. Dari zaman nabi Adam sampai zaman sekarang aturannya tetap.
Jadi, jika kita ingin mempunyai akhlak yang baik ikutilah aturan yang dianggap benar oleh agama bukan aturan yang disepakati oleh kelompok masyarakat yang merindukan kebebasan.